15 comments on “Kelebihan nabi ADAM vs AZAZIL

  1. Maka dari itu, Allah Ta’ala selanjutnya berfirman:

    “Dan Kami katakan, “Wahai Adam, hunilah surga, dirimu dan istrimu, dan makanlah kalian berdua, makanan semau kalian. Dan janganlah kalian berdua mendekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang yang zhalim.” (al-Baqarah 35).

    Siapakah hakikat istri Adam itu? Ia adalah nafsu yang namanya Hawa, karena berinteraksi dengan jasad yang bersifat gelap. Hidup itu sendiri jika dimetaforkan pada warna, adalah warna hitam. Sebagaimana hati disebut Adam, karena kata Adam itu berkaitan dengan fisik, tetapi tidak bersifat lazim pada karakter. Karena kata “Adamah” berarti kelabu, yaitu warna yang diarahkan menuju warna hitam.

    Sedangkan surga tempat ia diperintah untuk menghuninya itu, adalah langit alam arwah yang menjadi Raudlatul Quds (Taman Suci). Di sanalah keduanya diperintahkan untuk mengkonsumi apa saja, dari segala makna, hikmah, ma’rifah yang sesungguhnya merupakan konsumsi kalbu itu sendiri, sekaligus menjadi hidangan ruhani, dari segala maqam, martabat, derajat dan tingkat-tingkat spiritual, selamanya tanpa ada batas.
    Pohon larangan yang secara hakiki tidak boleh didekati oleh Adam dan Hawa, merupakan pohon zhulmah (kegelapan), karena seluruh elemen duniawi ada di dalam pohon tersebut.

  2. Malaikat dan Iblis itu sesungguhnya merupakan dua sisi mata uang yang ada atau bersemayam dalam diri manusia. Malaikat adalah sisi atau wajah terang qolbu manusia, sedangkan Iblis dan anak keturunannya adalah sisi atau wajah gelap qolbu manusia. Keduanya senantiasa bergumul dalam pergumulan yang panjang dan seru serta saling mengalahkan. Pergumulan inilah yang oleh Rasulullah saw disebut sebagai jihad al-akbar, agar diri manusia sejati yang berasal dari tiupan Allah itu senantiasa menghadapkan wajahnya kepada Sang Maha Cahaya, yaitu Allah.

  3. Malaikat pun merupakan simbolisasi dari penglihatan mahluk yang tidak terhijab dari memandang wajah Allah, sehingga mereka mampu memandang dan memahami semua ciptaan dan perintah Tuhan sampai ke hakikat terdalamnya. Itulah sebabnya, mereka selalu melaksanakan setiap perintah dengan sami’na wa atho’na – saya mendengar dan saya taat – untuk melaksanakan perintah itu. Bahkan mereka tidak merasa rendah harus menghormati Adam, karena mereka tahu hakikat Adam.

  4. Buat orang yang q sayangi dan ku hormati sdr Na2nk………………..Huuuuuuuuuuuuuuu….Haaaaaa….

    Sahabat, marilah kita sadari bersama hal ini sebagai pelajaran yang amat berharga bagi kita sebagai salah satu upaya untuk menundukkan ego kita. Sebab telah nyata bagi kita – dengan merenungkan ayat 34 surat Al-Baqarah – bahwa ketaatan hanya dapat dibangun di atas pondasi ma’rifatullah yang menyebabkan pandangan bashiroh kita tidak terhalang dari wajah Allah sebagaimana disimbolkan melalui malaikat. Jika bashiroh kita terbuka – sehingga tidak buta – maka Allah akan memberikan kepada kita pemahaman hakikat yang terdalam dari setiap mahlukNya dan perintahNya.

  5. Nabi Muhammad saw adalah suri teladan bagi manusia karena ma’rifatnya yang sempurna sehingga digambarkan betapa akrab “pertemanannya” dengan Jibril (malaikat) bahu membahu melaksanakan ketaatan kepada Allah. Hal itu terjadi karena keduanya adalah gambaran utuh tentang mahluk Allah yang penglihatan bashirohnya tidak terhijab dari memandang Allah. Tidak mengherankan, jika Jibril senantiasa datang pada saat-saat yang diperlukan untuk “membantu” Nabi Muhammad saw dalam memberikan pencerahan spiritual kepada para pengikutnya. Seringkali dikisahkan malaikat Jibril datang dalam bentuk manusia untuk menanyakan sesuatu kepada Nabi Muhammad saw ketika ia berada di tengah-tengah umat. Jawaban Nabi atas pertanyaan itu merupakan pelajaran dan sekaligus perintah yang harus dilaksanakan dengan penuh ketaatan oleh umat Muhammad.

  6. Sementara itu kegagalan Iblis dalam membangun ketaatan melaksanakan perintah Tuhan itu pun disebabkan oleh ketiadaan ma’rifat. Ia disebut kufur – membelakangi Cahaya – Allah sehingga yang dipandangnya pun tidak ada kecuali kegelapan. Dia gagal memahami hakikat Adam, bahkan hakikat terdalam dari segala perintah dan ciptaan Tuhan.

  7. Pendapat ini mengantarkan kita pada pelancakan kita yang keempat mengenai Malaikat dan Iblis. Keduanya adalah mahluk yang menjalani takdir Tuhan dari awal sampai akhir penciptaannya. Malaikat ditakdirkan untuk menjadi mahluk yang taat, sementara Iblis ditakdirkan untuk menjadi mahluk yang membangkang.

    Tetapi manusia ditakdirkan oleh Allah untuk berada di antara keduanya, yakni di antara taat dan membangkang. Maka kepada manusia diberikan kemerdekaan penuh oleh Allah untuk menentukan nasibnya sendiri.

    “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS 13:11).

    kita manusia diibaratkan……………huruf NUN…………….
    apabila kita ikuti bisikan malaikat maka kalimat NUN jadi [ NUR ]
    apabila kita ikuti bisikan malaikat maka kalimat NUN jadi [ NAR ]

  8. Ilmu Titik…………

    Titik bawah…………. BA
    Titik Atas……………. Nun
    Alam cahaya………. Nur
    Alam Kegelapan….. Nar….

    q tercipta dari sebuah titik………..yang amat kecil/atom/zarrah/debu

    zikir alam semesta…………..begitu indah q dengar,,
    Maha Besar Allah…..memberi hambanya memahami alam semesta bertasbih pada-NYA….

  9. Allah memberikan fasilitas seluruhnya dengan menjadikannya khalifah kepada manusia untuk melakukan posisioningnya di dalam percaturan hidup antarmahluk. Tetapi semua pilihan itu akan mengandung konsekuensinya masing-masing. Dan perangkat posisioning diri itu adalah syariat yaitu menjadikan dirinya sebagai abdi Tuhan. Hal ini bermakna : jika manusia merendahkan dirinya dihadapan Tuhan – dengan menjadi abdi – maka Tuhan akan mengangkat derajatnya ke derajat yang mulia. Sebaliknya, jika manusia takabur, Tuhan akan merendahkan derajatnya.

    Di sinilah letak relasipositif Sunah Rasul yang menyatakan : ketaatan adalah ukuranku. Artinya, Nabi Muhammad saw mnenjadikan ketaatan dalam hal melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya sebagai alat pengukur posisioning dirinya dihadapan Tuhan. Dan – sebagai pengikut – kita pun wajib menempatkan ketaatan itu sebagai ukuran posisioning kita.

  10. Allah Allah Allah Allah Allah Allah ‘Aziiz Allah
    Allah Allah Allah Allah Allah Allah Kariim Allah
    Allah Allah Allah Allah Allah Allah Sulthana Allah
    Allah Allah Allah allah Allah Allah Sulthana Allah

    Allah SWT Huwa Sulthan, Dia-lah Sang Sulthan.

    A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiim, Bismillahirrahmanirrahiim. Nawaytul
    Arba’in Nawaytul I’tikaf, Nawaytul Khalwah, Nawaytul ‘Uzlah, Nawaytur Riyadhah
    Nawaytus suluuk lillahi ta’ala l-‘Azhiim fii hadzal masjid.

  11. assalamu’alaikum wbr
    wah ga bs berkata apa2 lg mas ardhi
    makasih buat pencerahannya..
    Huuuuuuuuuuuuuuuu…………..
    haaaaaaaaaaaaaaaaa……………

  12. Ass..wr.wb ijin nyimak,kalo di Perkenankan tanya,adakah kalimat nur muhamad itu? seperti apa lapazd,nya? mohn pencerahanya,haturnuhn.

Tinggalkan Balasan ke **Ar_dhi-n** Batalkan balasan